Welcome To My SIte....

Tempat aku mencurahkan asa dalam penggalan kata yang semoga saja bermakna...

About Me

Foto saya
Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia
Terlahir 28 Mei 1990, ketika sinar matahari ada pada bintang Gemini.. Gemini orang yang gesiiitt... Wush wush kaia akuw...hehehhe Gemini punya aura pemikat yang kuat banget... Terbukti sama aku...hmmmmm.. Kadang aku gk bisa kontrol emosi... Memberikan kesan saat melakukan tugasnya bahwa dia mempunyai kepribadian ganda..

Mari Belajar Bersama

Kita diciptakan dengan segenap asa...

Patut kiranya, kita olah apa yang telah kita terima...

Rangkailah apa yang ada dan terlintas dalam anganmu...

Tuliskan apa yang kamu ingin tulis...

Tentang seluruh perasaan yang ada dalam hati dan pikiranmu...

Karena akan menjadi sebuah kepuasan tersendiri...

Sabtu, 14 Juli 2012

Kekasih

Padamu duhai kekasih..
Ku simpan rindu ini..
Yang datang bertandang..
Rindu waktu bersamamu..
Rindu raut wajah indahmu..
Rindu kala berlarian..
Di alunan mengejar ombak..
Kemana semua menghilang..
Aku pun tak tahu pasti..
Ku jejaki kembali kenangan itu..
Kucari dari semua penghilang keluhku..
Namun..
Akankah dia kembali..
Merawat luka ini..

Selasa, 19 Juni 2012

Rasa Itu

Tuhan....

Aku inginkan dia menjadi kekasihku..

Tetapkan hatinya untuk memilihku..



Tuhan..

Mengapa baru kau sadarkan aku dari tidurnya rasaku pada dirinya..



Kini aku terbangun dan sepenuhnya sadar..

Namun aku tengah dalam toleh kanan kiri tak mengerti...

Apa yang harus aku lakukan??





Tuhan..

Bunuh saja aku..

Atau bunuh saja rasa cintaku padanya..

Biar salah satu dari raga atau jiwa ini musnah..

Aku tak mampu jika harus berdiam penuh tanda tanya dan tak ada bayangan tuk memberanikan kaki tuk melangkah..



Kini dan kini..

Aku seperti seorang bodoh..

Bermain dengan angan dan riuh berandai andai tanpa realita..

Aku hanya berunding dengan hatiku tanpa ada keberanian tuk ungkapkan..

Ungkapka rasa..

Rasa yg dulu sama sama kita miliki..

Namun jalan atas rasa itu hilang bersama sang waktu..



Jika aku bisa menuntut waktu..

Ingin ku putar paksa jarum masa untuk kembali pada lampau yg telah berlalu..

Dan aku akan merampok keberanian untukmu katakan apa yg ada dalam dada..

Dan aku akan mengikat hati ini untuk kemudian kau lepaskan..



" Dalam Diam, Aku Mencintaimu "

Lelakiku

Mungkin aku menjadi orang yang sangat bersyukur hari ini..

Lengkap hampir tanpa sedikit kurang..

Bukan seperti dia yang kurang dalam kurang..

                  ***

Aku tidak pernah tahu seperti apa sosok seseorang ayah..

Hanya kasih sayang ibu yang sekejap waktu membelaiku..

Tak lama..

Hanya 5x12 bulan..

Itu pun tak cukup membuatku ingat jelas raut wajahnya..

Tak cukup menbuat aku mendapatkan penuh kasih sayang nya..



Lelakiku pergi meninggalkan ibu ketika aku belum menjajaki dunia..

Dia pergi tanpa tahu lucunya aku di waktu bayi..

Dia tak ada ketika aku ingin mengajaknya sekedar bermain bola..



" Ibu, ayah itu seperti apa??"

Setiap kali menjelang tidur, kulontarkan pertanyaan itu..

" Ibu, apakah ayah itu tampan seperti aku??"

Ibu tak pernah mau menjawab..

Yang dia lakukan hanya menepuk-nepuk punggungku..

" Sudah malam, tidur ya nak.."



Malam itu terakhir kali aku tidur bersama ibu..

" Ibu tidak akan pergi meninggalkan aku seperti Ayah meninggalkan Ibu kan??

Ibu, Ayah itu seperti apa??"

Pertanyaan berulang yang tak akan bosan kupertanyaakan..



Ibu tak bisa menolak tak menjawab..

Karena untuk waktu yang lama, Ibu akan meninggalkanku dan tak.pernah kembali..

Seperti itulah jalannya..



" Ayah itu seseorang yang hebat..

Dia pekerja keras..

Dan sayang pada ibu dan kamu nak..

Dia mirip denganmu..

Dia tampan sepertimu..

Itu yang membuat ibu jatuh cinta pada ayah.."



Takdir terjadi..

Yang membuatku menjadi sendiri..

Gundukan tanah kedua orang tuaku..

Ayah dan Ibu..

Basah oleh karena tangisku..

Ayah mengingkari janji pada Ibu dan Ibu mengingkari janji kepadaku..



Aku sayang Ayah dan Ibu..

Dan aku tahu mereka juga menyayangiku..

Tak pernah sedikit pun ragu..

Tapi Tuhan menyayangi orang tua ku lebih dari sayangku kepadanya..

Tuhan telah memberikan tempat terbaik kepada mereka yang kusayangi..

Disisi Tuhan..



Salam sayang dan cintaku kepada Tuhan..

Semoga tersampaikan pula pada kedua orang tuaku yang telah berada di surga..



Aku mencintaimu..

Tapi Tuhan lebih mencintaimu..

Penikmat Senja

Penikmat Senja..

Begitulah aku menyebutnya sebagai pengganti nama..

Dibawah hijau rindang..

Dipijak tanah berbukit..

Haritanulia kala itu..

Tak cukup sehari dua hari kutemui..

Setiap menjelang petang jika tak basah..



Duduk bersandar menghadap kiblat..

Kaki bersila kadang tertekuk..

Aku pemerhati..

Apa yang dia lakukan??

Hanya menatap emas kah??

Atau ada hal karena yang membuat dia tak bisa melewatkan pergi nya bola mega..



Masih dengan potret yang sama dengan hari berganti..

Aku gembala..

Kambing mengembik merajuk ke kandang...

Tunggu..

Aku ingin tahu..

Batang pohon pun ku ikat..

Tak tinggi tapi bagaimana dia bisa melewati setiap hari..

Dia tak sadar ada yang datang..

Buku tebal di pangkuan..

Aku pemerhati..

Dengan tulisan yang sama pada setiap halamannya..

" SENJA "



" Hai " sapaku yang membuat dia sedikit kaget..

Hanya suara burung yang terbang rendah menuju peraduan..

" Siapa namamu?? "

Dia pun berlari menuruni bukit..

Aku salah..

Dia takut..



Berikutnya sore datang lagi..

Pasti ada sosoknya..

Benar..

Aku lakukan seperti kemarin..

Tunggu..

Apakah dia juga penikmati jalan menuju bukit??

Indah..

Surga mata..



 " Namaku Robby, aku punya beberapa kambing..

Rumahku ada di kaki bukit..

Siapa namamu?? "

" Prita "

Akhirnya suara keluar dari mulutnya..

Suara penikmat senja..

" Apa yang lakukan disini??" aku coba cari tahu..

" Menikmati senja " jawab singkat..

" Senja?? Apa maksudnya??"

" Aku suka senja..

Aku suka kilau emasnya..

Aku suka angin sepoi yang menjadi temannya..

Aku suka langit bermega..

Aku suka burung mengandang..

Aku suka rumput orange.." jawab penuh arti suka yang begitu dalam..

" Setiap hari ??"

" Iya..

Sudah cukup aku menikmati senja hari ini"

Senja di Atap Rumah

Tangga kayu sebagian patah..
Menjadi tumpuan kaki mendaki..
Atap sebuah rumah..
Disitulah duduk seorang tertekuk lutut..
Menghadap kiblat..
Menatap langit..
Masih tinggi yang kunanti..
Beberapa waktu berlalu..
Mata besar mengamatiku..
Yang kutunggu..
Merah jingga emas berwarna..
Duduk bersila nenutup mata..
Namun indahnya masih nyata dan kian menjadi..
Seakan menembus hati yang semula petang menjadi benderang..
Dengan anggunnya menuju peraduan..
Jelas ku nikmati sendiri..
Tak hirau yang berlalu di jalan hitam..
Mereka diamati pula tapi tak merasa..
Senyumku mengembang ketika sang mata besar berpamit pulang ke peraduan..
Ijinkan malam mengganti warna langit menjadi hitam..

Arti Memberi

Aku berbicara pada benda mati yg kuberi nyawa..
Pada raga tertangkap kilat..
Yang tak bergerak...

Tiba tiba aku rindu..
Aku ingat masa lalu..
Gadis kecil berkepang merengek inginkan sebuah boneka..
" Ibu, aku ingin satu "
" Dirumah kan masih banyak sayang..
Kita beli es krim aja ya??"
Angguk dia menurut saja..

Dalam masih pandangan mata..
Gadis kecil lain tampak lusuh menengadahkan tangan..
Meminta minta membuat iba..
" Pak minta pak..saya belum makan pak!!"
Tak lama..
Tampak laki paruh baya merogoh saku mencari recehan..

" Ibu, kasian ya anak itu..
Apakah dia pernah ingin mempunyai boneka itu bu??
" Entahlah sayang, yang pasti ada yang jauh ingin dia miliki daripada boneka itu "
" Apa itu bu??"
" Kita kesana dan tanya langsung "
" Iya Ibu, tapi aku mau es krim dulu ya bu, aku mau dua "
" Iya,kita beli es krim dulu"

Beberapa langkah sampai di bawah pohon berdaun lebat..
Gadis kecil lusuh itu mencari teduh..
" Aku suka es krim, kamu suka es krim??" tangan kecil terulur dengan sebatang es krim beku..
Lama waktu untuk kemudian menerimanya..
Dahaga gadis lusuh itu segera sirna..

" Ibu, ternyata dia suka es krim " senyum kecil gadis berkepang kepada Ibunya..
" Kamu sudah makan nak??" tanya ibu kepada gadis lusuh yg sedang menikmati lelehan dingin..
Hanya dijawab dengan menggeleng..

" Ibu, boleh aku minta uang 5000??"
" Buat apa sayang??"
" Aku ingin berikan pada dia untuk membeli makanan "
Ibu memberikan yang diminta putrinya dengan senyum bangga..

Jumat, 03 Februari 2012

Wisata Segarnya Buah Belimbing dari Desa Ringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro


Ehm.. Panas panas cari yang seger seger, makan buah buahan aja, yang banyak kandungan airnya, yang manis, ada asemnya, berbentuk bintang, besar-besar, yang bikin ngiler, apalagi langsung metik dari pohonnya, jadi lengkap dech.. Itu semua bisa kita wujudkan dengan berkunjung ke Desa Ringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro yang merupakan sentral perkebunan buah belimbing. Jarak tempuh dari Bojonegoro kota ke desa tersebut hanya 30 – 45 menit dengan berkendara motor, laju santai santai saja sembari menikmati keindahan sepanjang jalan daerah Kalitidu.

Hmm..tiba di tempat tujuan langsung terhampar dengan luasnya lahan perkebunan buah belimbing yang mencapai 19,3 ha yang dimiliki oleh 8 orang, salah satunya Pak Suwoto yang merupakan generasi kedua dari orang yang pertama kali membudidayakan perkebunan buah belimbing. Adalah Pak Sunyoto yang pada tahun 1984 pertama kali menanam induk pohon belimbing di desa ini, berawal dari beliau yang pergi ke Desa Siwalan, beli buah belimbing, sampai akhirnya membibitkan dari biji yang dikeringkan dalam suhu kamar, menanam dan merawatnya selama 4 tahun kemudian sampai berhasil berbuah seperti sekarang ini.

Kedatangan kita disambut salam dan senyum dari Pak Suwoto yang menjadi salah satu pemilik perkebunan belimbing dan juga merupakan kasun atau kamituwo di dusun itu. Cerita punya cerita, beliau membeberkan awal mula dijadikannya sebuah perkebunan pada tahun 1992. luas sekitar 19,3 ha, memilki 34 pekerja. Di perkebunan itu terdapat kurang lebih 500 pohon dengan jarak antara satu pohon dengan pohon lain adalah 3 – 4 meter. Dan di antaranya jarak itu diselingi tanaman lombok juga.Untuk masa panen buah belimbing itu sendiri adalah 3 bulan atau tergantung permintaan pasar, sekali panen per pohon didapatkan 70 kg buah belimbing,berarti dalam setahun di dapati 3 kali panen, wah wah, tinggal mengalikan saja nie.
Ssst, panen raya nya masih bulan Maret lhoo..hehe. Nah untuk daerah pemasarannya masih di sekitar Bojonegoro , Tuban dan Semarang. Pernah juga di pasarkan di Puspa Agro Surabaya dengan harga per kilo nya Rp. 8.000 Kalau di pasar local, harga per kilo nya hanya Rp.5.000 saja,murah kan..1 kilo nya bisa berisi 3 buah untuk ukuran besar dan 4 buah untuk ukuran sedang. Soal rasa jangan ditanya, sudah pasti manis dan segar. Ternyata oh ternyata, musim pun bisa mempengaruhi rasa dari buah belimbing itu sendiri, misalnya di musim penghujan seperti sekarang ini, rasa nya masih tetap manis tapi kandungan airnya lebih banyak.Untuk mengatasi itu dibuatlah drainase supaya kadar air dalam tanah tidak berlebihan, yang kemudian airnya itu dialirkan ke Bengawan Solo ( Asik asik, nyanyi ah..Bengawan Solooooo..Riwayatmu itu..hehehehe ).
Dari awal sampai saat ini belum pernah ada pohon yang mati, namun ada yang namanya penjarangan pohon, ditebang supaya pohonnya dapat tumbuh maksimal dan pemangkasan daun serta ranting agar bisa berbuah lebat. Kita juga diajari oleh Pak Suwoto bagaimana cara melakukan okulasi yang ternyata sangat mudah, hanya dibutuhkan pisau kecil, gunting dan plastik. Kita cari dulu ranting yag akan ditempati, lalu di sayat dengan pisau kecil, kemudian cari ranting yang akan ditempelkan ( biasanya dari pohon induk ), sayat, ditempelkan, lalu di tali dengan plastic, potong bagian pucuk ranting, tutupi dengan plastic, dan dalam 1 minggu sudah akan bertunas. Ditanam, dirawat, dan di panen. Kalau dalam urusan perawatan, hampir semua bersifat organic alias alami, tanpa bahan kimia dan pestisida apapun, jadi benar – benar sehat dan segar. Menggunakan kompos dari buah belimbing itu sendiri dan pupuk kandang yang didapat dari peternakan kambing milik sendiri mencapai32 kambing ( hehehe, ternyata Pak Suwoto juga seorang peternak kambing ).Menggunakan pupuk cair hasil olahan sendiri dari kulit pisang, yang dihaluskan, kemudian di fermentasi selama 4 hari.Untuk perbandingannya 1 gelas kulit pisang fermentasi tadi, 1 kuintal kotoran kambing dan 5 liter air, aduk aduk aduk, campur campur campur, taraaaaa..Pupuk cair ala Pak Suwoto siap digunakan,biasanya disiramkan menjelang berbunga. .

Ternyata pohon belimbing juga punya musuh berupa hama lalat buah, tapi Pak Suwoto tidak habis akal, ambil beberapa daun selasih, Furadan ( obat kimia untuk hama ) dan air secukupnya, masukkan ke dalam botol plastic, dilubangi dan digantung di ranting pohon, hasilnya para lalat itu pun mati, masuk di dalam botol tersebut. Katanya sich aroma campuran tadi seperti aroma sperma lalat jantan, si lalat betina pun terjebak, hehehe.. Selain pohon belimbing, disana juga ada 30 pohon jambu biji, pohon jati putih, lombok dan terong..Hasil pemasarannya bukan cuma buah belimbing segar, tapi ada juga sirup, dodol, selai, dan kripik belimbing. Tak lengkap rasanya bila pulang tak membawa oleh – oleh. Buah Belimbing, segar, manis,besar, alami tanpa pestisida, murah dan langsung petik dari pohonnya.

Satisfy Experince!!

Sabtu, 07 Januari 2012

Menjelang Malam


Langit senja tetap senantiasa manjakan raga berupa mata
Aroma khas sore menjelang malam
Siluet burung yang hendak pulang ke sarang
Suara jangkrikdan kodok yang bersautan
Adzan menggema pun telah diperdengarkan
Seorang perempuan dengan anaknya tampak berbusana putih berjalan menuju suara yang menyeru memanggil
Serta pula lelaki memakai peci hitam dan baju coklat lengan panjang dengan renda di sekeliling lengan baju
Lengkap dengan sarung bermotif kotak –kotak berwarna senada dan gelaran sajadah di pundak
Dia bergegas karena iqamah sudah terdengar
Mega mengelilingi matahari yang malu bersembunyi di pucuk pohon
Nuansa sore yang ada
Hitam, putih, kuning emas, orange dan abu – abu

Minggu, 01 Januari 2012

Kampung Samin

SEJARAH PERJUANGAN GERAKAN SAMIN SUROSENTIKO

Ki Samin Surosentiko
Bermula di sebuah kabupaten besar yaitu Sumoroto yang termasuk di daerah Tulungagung, Jawa Timur yang dipimpin seorang Bupati yang bernama Raden Mas Adipati Brotodiningrat yang berkuasa tahun 1802 – 1826.
RM Adipati Brotodiningrat juga mempunyai sebutan “ Pangeran Kusumaningayu “ yang artinya orang ningrat yang mendapat anugerah wahyu kerajaan untuk memimipin negara.
RM Adipati Brotodiningrat mempunyai 2 anak, yaitu :
1.       Raden Ronggowirjodiningrat
2.       Raden Surowidjojo
Raden Ronggowirjodiningrat meneruskan kekuasaan ayahnya, dia menjadi Bupati – Wedono pada tahun 1826 – 1844 di wilayah Tulungagung.
Raden Surowidjojo bukan seorang bendoro Raden Mas , tetapi cukup Raden Aryo yang memiliki kemuliaan dan kewibawaan yang besar. Raden Surowidjojo memiliki nama kecil yaitu “ Raden Surosentiko” atau “ Suratmoko” yang memakai julukan “ Samin” yang mempunyai arti “ Sami Sami Amin” atau dengan arti lain bila semua setuju dianggap sah karena mendapatkan dukungan rakyat banyak.
Dalam lingkungan kerajaan, Raden Surowidjojo di didik tentang ilmu yang berguna, keprihatinan, ilmu kanuragan, tapa brata dengan maksud agar hidupnya selalu mulia, tetapi dia lebih memilih pergi dari kabupaten hingga terjerumus dalam kenakalan, bromocorah, merampok, mabuk, madat dan lain lain. Namun hasil rampokan dari para orang kaya yang menjadi antek ( kaki tangan ) Belanda itu tidak serta merta digunakan sendiri, melainkan untuk dibagi-bagikan kepada orang yang miskin dan sebagian digunakan untuk mendirikan kelompok pemuda yang pada tahun 1840 dinamakan “ Tiyang Sami Samin “. Nama kelompok iti diambil dari julukan Raden Surowidjojo yaitu Samin.
Sejak tahun 1840 itulah nama Samin dikenal luas oleh masyarakat, dikenal sebagai kelompok brandalan dan perampok yang sebenarnya mempunyai niatan baik yaitu untuk menolong orang miskin. Tiyang Sami Amin memberi pelajaran yang didapatkan dari kerajaan kepada anak buahnya mengenai kanuragan, olah budi dan cara berperang melalui tulisan huruf jawa yang kemudian menjadi sekar macapat dalam tembang Pucung.
            “ Golong manggung, ora srambah ora suwung
            Kiate nang glanggang, lelatu sedah mijeni
            Ora tanggung, yen lena kumerut pega
            Naleng kadang, kadhi paran salang sandhung
            Tetege ming ingwang, jumeneng kalawan rajas
            Lamun ginggang sireku umajing probo “
Yang artinya adalah salah satu yang utuh, tidak dijarah dan tidak sepi, tetapi kuat dalam perang seperti kobaran api yang mengundang datangnya badan, tidak tahu apabila nantinya kejayaan akan hilang bersama asap. Hati tidak luntur seperti apa kira – kira datangnya kesulitan meski begitu terus kepada aku juga larinya. Oleh karena itu kamu dan aku tidak dapat berpisah, karena kamu dan aku akan menjadi satu dalam kebenaran.
Raden Surowidjojo melakukan penjarahan ke daerah yang lebih luas sampai tepi Bengawan Solo tepatnya yaitu di daerah Kanor, Rajekwesi.
Pada tahun 1859 lahirlah putra dari Raden Surowidjojo yang bernama Raden Kohar di Desa Ploso Kabupaten Blora
Pada saat itu Raden Surowidijojo hilang entah kemana sehingga ajaran sang ayah diteruskan olehnya dengan memakai sebutan “ Samin Surosentiko” atau “ Samin Anom ”. Samin Surosentiko melakukan pendekatan dengan masyarakat dengn melakukan perkumpulan dibalai desa atau lapangan. Dan pada tanggal 7 Februari 1889 melakukan pidato sebagai berikut :
“ Cur temah eling bilih siro kabeh horak sanes turun Pandowo lan huwis nyipati kabrakalan krandah Mojopahit saking bakrade wadyo musu. Mulo sakuwit biyen kolo niro Puntodewo titip tanah Jawa marang hing Sunan Kalijogo. Hiku maklumat tuwilo kajantoko. “
Pidato tersebut mengingatkan pada tiga perkara :
1.       Orang Samin itu keturunan Satria Pandawa, Prabu Puntodewo, satria tua yang bersedia menolong tanpa pamrih.
2.       Di jaman Mojopahit keturunan tersebut pernah dirusak orang Demak yang mabuk kemenangan.
3.       Keturunan Pandawa di Mojopahit sudah mengerti siapa yang benar dan siapa yang salah.
Tanggal 11 Juli 1901 di Lapangan Pangonan, Desa Kasiman, Ki Samin berbicara tentang kejatmikaan dengan sifat menang, madep, mantep, yang dihubungkan dengan kekuatan raga dan masalah pikiran, hati yang tenang, ririh, ruruh, tajam,seperti orang topo broto. Ki Samin juga mengajarkan pada anak buahnya harus pasrah, sumeleh, sabar, nerimo ing pandum seperti air telaga yang tak bersuara.
Andalan Ki Samin adalah kitab Jamus Kalimosodo yang ditulis oleh Raden Surowidjojo yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya. Kitab tersebut ditulis dengan bahasa Jawa dalam bentuk prosa, puisi ganjaran, serat mocopat dan tembang tembang yang sampai saat ini masih disimpan oleh sesepuh Masyarakat Samin yang berada di daerah Tapelan ( Bojonegoro), Kropoduwur ( Blora ), Kutuk ( Kudus ), Gunung Segara ( Brebes ), Kandangan ( Pati ), dan Tlaga Anyar ( Lamongan ).
40 hari sebelum tanggal 8 November 1907 Ki Samin Surosentiko menjadi Raja Tanah Jawa, namun kemudian dia ditangkap pemerintah Belanda  yang ada di daerah Randublatung. Ki Samin Surosentiko diasingkan di Sawahlunto sampai akhirnya dia meninggal pada tahun 1914, namun dia menuliskan wasiat untuk warganya yang ada di Jawa yaitu “ Metrum Duduk Wuloh “. Isi dari wasiat tersebut adalah sebuah negara bisa kuat bila mempunyai peranan penting yang dapat menentukan peraturan dunia yang membuktikan kebijaksanaan dan menghormmati kepercayaan para leluhur.


AJI PAMELING 
Cerita Ki Samin Surosentiko yang menjadi Raja Tanah Jawa memang telah usai sepeninggal dirinya, tapi selama dalam hukuman dia mempunyai dua orang anak hasil perkawinannya dengan Mbok Kemis, yaitu Karto Kemis dan Saniyah. Sampai akhirnya Saniyah dinikahi oleh Suro Kidin.
Tahun 1939 Ki Suro Kidin ( menantu Ki Surosentiko ) bersemedi dan mendapat wangsit ( paweling / wisik ) yang kemudian disebut “ Aji Pameling” yang isinya supaya Ki Suro Kidin mengubur Sendang Lanang atau Sendang Malaikat.
Setelah dikubur yang ada hanya suara para lelembut yang berbunyi :
“ Jangan khawatir, aku akan membantumu mengusir Belanda, tapi ada syaratnya. Aku akan mencari Jago Trondol, dia juga akan menjajah, bahkan lebih keja. Oleh sebab itu lekaslah pulang dan beri tahu anak cucumu supoyo “ Cawis uyah karo nandur kapas” karena akan terjadi larang pangan lan susah sandang.
Ki Suro Kidin mempunyai 8 orang anak kandung dan seorang anak angkat bernama Kamidin atau Karto Kamidin yang kemudian diwarisi Aji Paweling. Surokarto Kamidin menikah di Desa Jepang dengan Paniyah dan memiliki 4 orang anak yang salah satunya adalah Mbah Hardjo .

MBAH HARDJO
Foto bersama Mbah Hardjo, petua di Kampung Samin
Mbah Hardjo adalah anak Surokarto Kamidin yang diberi amanat untuk memeruskan ajaran yang selama ini telah dianutnya yaitu agar tidak drengki, srei, dahwen, kemeren, semena – mena pada orang lain. Ada empat pedoman yang masih dipegang teguh oleh Mbah Hardjo, yaitu
1.       Pangganda: ganda ( bau ), ada ganda yang baik dan ada ganda yang buruk. Bila ganda baik mari kita lakukan  dan bila ganda buruk mari kita tinggalkan
2.       Pangrasa : rasa benar yang harus dilakukan dan rasa buruk yang harus ditinggalkan.
3.       Pangrungon : mendengar yang baik kita lakukan dan mendengar yang buruk mari kita tinggalkan.
4.       Pangawas : melihat yang  baik dilakukan, melihat yang buruk kita tinggalkan.
Dari pedoman itu, Mbah Hardjo ingin menciptakan sesuatu yang dapat berguna bagi masyarakat. Kemudian dia menggunakan keahliannya sebagai pande besi untuk sebagai sarana gotong royong dengan memperbaiki alat pertanian yang rusak seperti pacul, sabit dan lain lain.
Mbah Hardjo bertempat tinggal di Dusun Jepang Desa Margomulyo. Walaupun Mbah Hardjo buta huruf dan tidak berpendidikan, namun dia ingin menjadikan anak cucunya menyeyam pendidikan. Pada saat itu belum ada sekolahan sehingga kegiatan belajat dilakukan di rumah warga dan dengan bantuan tenaga guru sukarelawan.
Setelah Orde Baru dengan majunya pemerintahan, Mbah Harjdo bermusyawarah untuk mendirikan sekolah resmi yang kini dimilki oleh empat dusun yaitu : Jepang, Kaligede, Tepus , Batang. Dan semangat gotong royong dapt terwujud untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

ASAL DESA JEPANG
Konon adalah seorang laki laki yang bernama Ki Jepang. Dulu hanya sebuah hutan belantara yang kemudian dibabat ( babat alas ) kemudian di tempati oleh 9 rumah. Hingga saat ini sudah ada sekitar 200 kepala keluarga. Sarana dan prasarana juga sudah ada seperti sekolahan, masjid, balaidesa dan aliran listrik.
Anggapan kita mengenai orang Samin yang berbeda dengan kita pada umumnya ditepis oleh Mbah Hardjo. Tapi dalam pola pikir mereka masih belum bisa mengolah atau mengartikan kata kata. Misalnya ” Neng sawah nunggu emprit mangan pari “ seharusnya berarti “ nunggu neng sawah supoyo pari ne gak dipangan emprit “ tapi justru mereka “ nunggu emprit seng mangan pari neng sawah”.
Mereka masih menganut apa yang diajarkan oleh sesepuhnya. Salah satu contohnya sepeda yang diparkir di tepi jalan, tidak aka nada yang mencuri karena penduduk tidak punya rasa memilki apa yang bukan menjadi hak kita. Tidak ada pencuri disana.
Pesan Mbah Surokidin kepada cucunya adalah agar sabar, tidak mempunyai  rasa ingin memiliki apa yang bukan menjadi hak milik kita, tidak semena mena terhadap sesama manusia.
Dalam hal utang piutang pun mereka punya pandangan berbeda, tidak ada system berbunga. Misalnya hutang pada orang sebesar Rp. 100.000, - yang harus dikembalikan adalah Rp. 100.000,-, bukan Rp. 110.000,- atau Rp.120.000,-.Jika niatnya menolong harus ikhlas bukan “ Nulung Menthung “artinya menolong tapi memukul. Orang yang berhutang itu berarti benar benar membutuhkan uang itu, berbeda jika kita mengemis dan meminta.
Mbah Hardjo akhirnya menikah dengan Sidah di Desa Jepang dan mempunyai 7 orang anak dan 12 cucu.





Sepenggal Cerita ( Puisi )

Adalah ketika aku menikmati hamparan hijau sudut selatan kotaku.
Dengan jalan berliku dan menikuk tajam.
Jalan itu terjal dan kadang berbatu.
Naik dan turun seperti cerita pejalanan hidup manusia.
Cerita panjang yang akan menjadi sejarah.
 Tak sia perjuanganku ke sebuah desa.
Rumah pelataran cukup luas dengan bunga di beberapa sudut.
Rumah kayu jati design jaman dulu.
Lengkap dengan pilar pilar besar yang menyangganya.
Kokoh dan dingin sejuk yang pertama terasa ketika dipersilahkan masuk.
Senyum menyambut dan mengulur tangan.
Raut lelaki paruh baya yang belum tampak terlalu tua.
Memakai kaos santai dan sarung biru bercorak garis khas Indonesia.
Pandangan ini beredar ke sekeliling ruangan.
Tampak beberapa foto terbingkai rapi.
Bukti bahwa telah banyak pesohor negeri pernah berkunjung ke tempat ini.
Berjajar pula foto Bupati Bojonegoro dari masa ke masa.
Lukisan diri seorang lelaki dengan nama “ Surosentiko Samin “
Bersebelahan dengan itu, lukisan berbingkai yang telah berumur puluhan tahun “ Surokarto Kamidin “
Dan masih berjajar rapi yang tak lain dan tak bukan adalah Mbah Hardjo Kardi
Perbincangan itu berawal..
Tak terasa menuju siang.
Aku pun berpamit izin hendak ke mushola tepat di depan rumahnya.
Kotor, berdebu dan tak terawat.
Warga Samin beragama islam tapi belum sepenuhnya menjalankan ibadah sholat.
Hei..
Ada wanita yang tengah memanggul jambang berisi air.
Berjalan tanpa alas.
Ku dekati tempat air itu berasal.
Sebuah sumur yang dalam namun berair bening.
Kubasuh muka dan rasa dingin segar yang merasuk ke lapisan kulitku.
Mushola itu tepat berada di sisi kiri balai desa.
Ramai ibu ibu tengah berbincang tentang arisan.
Dari ujung jalan terlihat seorang kakek menggendong rumput.
Ku coba menyapanya..
“ Saking pundi mbah ?”
“ Niki neng, saking sabin, ngarit “
“Gadah lembu mbah?”
“Nggeh, kaleh. Monggo neng!!”
“ Nggeh monggo, atos atos “
Dan dia pun hilang dipersimpangan jalan.
Matahari telah condong ke barat..
Ku kembali ke rumah Mbah Hardjo seraya berpamitan.
Aku telah mendapat ilmu dari cerita.
Mendapat nasehat yang berguna.
Nuansa soreku tak habis sampai disitu.
Panorama alam pucuk pohon berbinar emas.
Inilah pojok kotaku yang indah.